Top Ads

Kendala Program BSE Belum Terpecahkan

Kendala mengunduh buku dari internet dalam program buku sekolah elektronik atau BSE hingga sekarang belum terpecahkan. Karena kegiatan belajar-mengajar sudah berjalan, sebagian besar sekolah tidak memanfaatkan BSE yang sudah disiapkan dengan biaya mahal.

”Melalui fasilitas teknologi informatika yang cukup lengkap di sekolah ini, kami masih kesulitan mengunduh BSE,” tutur Agus Wahyudi, aktivis Forum Interaksi Guru Banyumas yang juga guru di SMA Negeri 1 Purwokerto, Jawa Tengah, sekolah bertaraf internasional.
Karena kesulitan mengunduh, para siswa di Purwokerto harus kembali membeli buku dari penerbit pada tahun ajaran baru 2008 ini. 
Kepala SMA Negeri 1 Padangan Bojonegoro Surojo mengatakan, walaupun mengunduh gratis, perangkat lunaknya tidak memungkinkan sehingga kembali menggunakan buku cetak dari penerbit. 
”Lebih praktis dan, kalau dihitung-hitung dengan ongkos ke warnet serta biaya cetak, malah lebih murah,” ujarnya.
 
Ketidakadilan
Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi PDI-P, Cyprianus Aoer, mengatakan, kebijakan buku sekolah elektronik mencerminkan ketidakadilan. ”Seolah-olah semua pendidikan seperti di Jakarta. Itu mengabaikan apa yang disebut pemerataan dan keadilan. Warga di daerah pedalaman tidak bisa mengakses internet,” ujar Cyprianus.
Pengguna internet di Indonesia saat baru sekitar 18 juta orang atau sekitar 5 persen dari jumlah penduduk. Adapun dari 72.000 desa di Indonesia, masih terdapat 38.000 desa yang belum tersambung dengan perangkat komunikasi dan informasi.

0 komentar:

Posting Komentar