Top Ads

Home Education - Mengubah Paradigma Pengasuhan Orang Tua dan Anak

Saya yakin, semua orang yang mendengar kata ‘home‘ pasti di benaknya terlintas bayangan menenangkan. Bayangan seorang Ibu mungkin, atau suasana nyaman yang didapat dari sebangun rumah yang hangat? Apa pun itu, kata ‘home‘ yang sulit dicari padanan katanya dalam bahasa Indonesia, membuat setiap orang merasa tenang.

Di dalam sebuah rumah, di situlah manusia mulai belajar. Sejak kecil sebenarnya kita tak henti belajar. Tidak percaya? Coba lihat seorang bayi yang masih merah. Dia belajar percaya pengasuhnya. Kemudian dia belajar untuk menegakkan kepala, berguling, mengenali orang lain, duduk, merangkak, bicara, berdiri, berjalan, untuk kemudian dia bisa berlari dan melompat, bahkan memanjat. Di mana ia belajar semua itu? di rumah. Dengan siapa? Dengan Ayah & Bundanya.
Setelah semua keterampilan hidup mendasar didapat, lalu kenapa setelah ia besar, Ayah & Bunda menyerahkan ananda pada orang lain? Ayah & Bunda merasa tidak mampu mengajari ananda? Bukankah Ayah & Bunda bisa membaca, menulis, dan berhitung? Ayah & Bunda juga pernah jadi anak-anak kan? Jadi, kenapa ragu? Kalau Ayah & Bunda tidak menguasai suatu materi, alangkah indahnya untuk belajar bersama-sama ananda bukan?

Bukan,,, bukan, saya bukan menyarankan Ayah & Bunda untuk tidak menyekolahkan ananda. Yang ingin saya sampaikan adalah jangan pasrah sama pembelajaran dari sekolah. Jangan merasa tidak bisa memberikan pelajaran pada ananda. Pelajaran itu bukan hanya matematika atau IPA atau bahasa Inggris saja. Pelajaran tentang hidup, keterampilan untuk bertahan hidup, pengetahuan umum itu bisa Ayah & Bunda sampaikan pada ananda. Yang paling penting adalah pelajaran tentang tata-krama. Tidak peduli betapa pintarnya Ayah & Bunda, atau betapa tenarnya Ayah & Bunda, semua itu tidak akan berarti bila Ananda tidak memahami tata krama pergaulan dengan baik. Menyerahkan semua pendidikan dan pengajaran Ananda pada guru di sekolah adalah sebuah keadaan yang mustahil. Guru tidak mungkin mengawasi lekat-lekat setiap anak, mengajarkan ini dan itu. Guru di sekolah adalah mitra orangtua. Jadi bersama-sama-Guru, ananda, Ayah & Bunda-belajar bersama.

Sepakat ‘kan kalau saya bilang tidak ada sekolah jadi orangtua? Pasti. Kalau ada, pastilah semua orangtua berbondong-bondong sekolah lagi sambil menggantungkan harapan menjadi orangtua yang paling hebat yang menghasilkan anak yang paling cerdas. Betul begitu? Karena pada hakikatnya, sekolah dianggap tempat penghasil manusia-manusia hebat. Sekolah menjadi orangtua itu adalah seluas bumi dan alam semesta. Lamanya sepanjang hayat di kandung badan. Toh kata pepatah, “Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepenggal galah,” Ayah & Bunda boleh menggantungkan cita-cita setinggi bintang yang Ayah & Bunda temui. Tapi ingat, itu adalah cita-cita Ayah & Bunda, bukan ananda. Jadi jangan paksa dia untuk mewujudkan cita-cita itu untuk Ayah & Bunda.

Ayah & Bunda, rumah adalah tempat terbaik untuk ananda mengenal sesuatu. Karena rumah adalah tempat yang nyaman. Ayah & Bunda tidak usah pakai kurikulum internasional atau program nomor wahid untuk mengajarkan banyak hal pada ananda. Ia akan belajar dengan sendirinya. Percaya deh. Ayah & Bunda amati saja kesukaannya, perhatikan perkembangannya. Dari sana, Ayah & Bunda bisa memulai banyak hal yang menyenangkan dengan ananda. Kuncinya : Sabar dan kasih sayang. Gak sabar? Ah, masa,,, Bunda sabar kok menanti 9 bulan demi melihat wajah sang buah hati. Ayah & Bunda juga sabar menuntun langkah-langkah ananda untuk pertama kali kan? Untuk kasih sayang, pasti Ayah & Bunda punya persediaan banyak.

Anak Jenius?
Ayah dan Bunda perlu pahami dan ingat selalu bahwa melakukan kegiatan pendidikan bukan bertujuan untuk membuat anak yang jenius. Setiap anak itu istimewa, dengan keistimewaannya masing-masing. Yang Ayah dan Bunda lakukan adalah mengoptimalkan kemampuan ananda. Bukan mencetak anak-anak yang jenius. Saya khawatir Ayah & Bunda akan berhenti di tengah jalan ketika mendapatkan harapan tak sesuai kenyataan.

Pendidikan Rumah = Tidak Sekolah?
Bukan berarti Ayah dan Bunda tidak menyekolahkan ananda bila melakukan aktivitas pendidikan di rumah. Memang, ada beberapa keluarga yang memilih untuk mendidik sendiri anaknya secara menyeluruh. Tapi, ada juga lho, orangtua yang memilih bermitra dengan sekolah dengan secara aktif mendampingi anak-anaknya menuntut ilmu dan mengembangkan kemampuan dirinya.

Seorang kawan pernah bertanya, apa yang harus dipersiapkan untuk melakukan pendidikan rumah ? Berikut saya coba uraikan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh Ayah dan Bunda.

Kemauan dan Ketekunan
Tentu, harus ada kemauan dari Ayah & Bunda untuk secara aktif terlibat dalam pendidikan ananda, terutama yang dilakukan di rumah. Ada beberapa orangtua yang menganggap anak perlu bersenang-senang di rumah setelah seharian bersekolah. Boleh saja, tapi ingat, kegiatan yang kita lakukan bersama anak tentulah kegiatan yang menyenangkan bukan?

Ketekunan juga diperlukan, agar anak  dapat menumbuhkan minat belajar dan mengembangkan kemampuan dirinya secara konsisten. Lebih baik Anda meluangkan waktu selama 30 menit untuk setiap anak Anda setiap harinya daripada Anda menghabiskan 2 jam penuh bersamanya di satu hari di akhir pekan.

Mungkin ada suatu waktu dimana kita lelah bukan main setelah seharian di kantor, sedangkan ananda sedang bersemangat untuk mencari tahu tentang gerhana matahari yang didengarnya di radio dalam perjalanan ke sekolah. Anda dapat mengarahkan ananda untuk mencari referensi di buku ensiklopedi atau browsing sambil Anda duduk tenang di sampingnya. Esok hari, ketika Anda tidak lagi terlalu lelah, Anda dan Ananda dapat bersama-sama melakukan eksperimen dengan senter, bola tenis, dan bola kaki untuk memahami tentang gerhana matahari.


Antusiasme itu menular
Sama seperti menguap karena mengantuk, antusiasme pun menular. Jika Ayah & Bunda bersemangat dalam berdiskusi atau merencanakan suatu proyek akhir pekan, dijamin Ananda akan tertular antusiasme Anda. Sebaliknya, jika kita orangtuanya sudah malas dan anti terhadap kegiatan yang berkaitan dengan tanah dan berkebun, hmm,, pastilah ananda juga menolak kegiatan tersebut.

Berpengetahuan
Beruntunglah Anda menjadi orangtua di jaman teknologi seperti sekarang ini. Dunia ada di ujung jari Anda. Anda dapat dengan segera mencari jawaban mengenai suatu topik dengan browsing di internet atau ensiklopedia digital. Bagaimana dengan kemampuan menghadapi anak? Apa yang harus saya katakan atau saya lakukan? Apakah anak saya sudah bisa mengerjakan ini dan itu? Barangkali pertanyaan itu juga yang terlintas di benak Anda.

Tenang, ini saatnya Anda pun belajar. Panduan utama adalah sesuaikan kegiatan dengan usia perkembangan ananda. Anda dapat mengunjungi situs-situs terpercaya untuk mencari tahu mengenai tahapan perkembangan dan kemampuan yang diharapkan sudah dicapai oleh ananda. Gunakan ciri-ciri perkembangan sebagai patokan. Namun, jangan kaku dan jangan khawatir untuk mencoba kemampuan yang lebih tinggi, dan jangan gundah bila ternyata Anda harus ‘turun’ kemampuan.

Menyenangkan
Pilih kegiatan-kegiatan sederhana yang menyenangkan bagi anak. Gunakan kegiatan itu sebagai pembuka terhadap kegiatan-kegiatan yang lebih kompleks atau mengenalkan kegiatan baru pada anak.

Apa yang membuat Ayah & Bunda bahagia? Saya tau jawabannya, ketika melihat senyuman di wajah Ananda. Dan, akan lebih bahagia rasanya ketika menyaksikan ananda menguasai suatu pengetahuan atau keterampilan dimana Ayah & Bunda punya andil di dalamnya. Setuju?

Alzena Masykouri for www.beingmom.org, 2009

0 komentar:

Posting Komentar