Buku Pelajaran Murah Terkendala Distribusi
Penjualan buku pelajaran murah ke daerah-daerah masih terkendala masalah distribusi. Biaya distribusi untuk daerah di luar Pulau Jawa sangat tinggi sehingga harga eceran tertinggi yang ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional sangat sulit dipenuhi.Hal itu dikemukakan Ketua Pusat Buku Indonesia , Firdaus Oemar, Selasa (11/11).
Seperti diberitakan, Departemen Pendidikan Nasional membeli hak cipta sejumlah buku pelajaran dan memasukkan materi buku tersebut ke internet. Masyarakat dapat mengunduh materi buku tersebut. Selain itu, percetakan boleh mencetak materi itu menjadi buku dan menjualnya dengan harga eceran tertinggi (HET) yang ditentukan pemerintah berkisar Rp 4.500 hingga Rp 14.000 per buku.
Firdaus mengatakan, berdasarkan evaluasi dan perhitungan bisnis, biaya distribusi untuk luar Jawa terbilang mahal. Terlebih lagi, buku sekolah murah sejauh ini baru dicetak oleh percetakan di Pulau Jawa. Selama ini, biaya distribusi tersebut dipenuhi dengan subsidi silang dari penjualan buku di Pulau Jawa. Sejauh ini, Pusat Buku Indonesia telah menjual sekitar 100.000 eksemplar.
”Dari HET buku yang ditentukan, pemerintah mengizinkan sekitar 15 persen untuk distribusi dan keuntungan. Untuk luar Jawa, diperkirakan separuh dari 15 persen tersebut habis untuk distribusi,” ujarnya.
Masih menguntungkan
Secara umum, bagi percetakan, keberadaan buku murah masih menguntungkan. Tak mengherankan jika kemudian sejumlah penerbit mulai mencetak buku pelajaran murah tersebut.
”Meskipun awalnya penerbit menolak kehadiran buku murah, setelah dikalkulasi ada keuntungannya, akhirnya ada juga yang menerbitkan buku tersebut,” ujar Firdaus.
Secara terpisah, M Muhadjir, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Perbukuan Depdiknas sekaligus Kepala Pusat Informasi dan Humas Depdiknas, mengatakan tidak menoleransi siapa pun yang menjual buku pelajaran murah di atas HET yang telah ditentukan Depdiknas. Harga buku pun harus tercetak di sampul buku.
Menurut Muhadjir, untuk menekan biaya distribusi tidak selayaknya buku pelajaran sekolah tersebut dicetak di Pulau Jawa. Mestinya buku tersebut juga dicetak di luar Pulau Jawa dengan dukungan pemerintah kota/kabupaten sehingga harganya bisa lebih murah. (INE/ELN)
Sumber: Harian Umum Kompas
0 komentar:
Posting Komentar