Top Ads

Model Interaksi Edukatif untuk Menciptakan Kreativitas Berbahasa Indonesia Siswa Taman Kanak-Kanak

Nurchasanah & Siti Cholisatul Hamidah

Abstract: The kindergarten is an educational institution which aims at

setting up foundations for developing children s attitudes, behaviors,

skills, and creativity necessary for helping them to adjust themselves

to their social environment and to foster their physical and mental development.

To accomplish those aims, it is necessary to invent suitable

learning models. The present research finds out various learning

models used by kindergarten teachers to help the children develop

their language skills in Indonesian; they include imitating, identifying

objects, story telling, demonstrating, singing, reciting nursery rhymes,

assignments, compiling and building, dramatizing, questioning and responding,

commanding and doing, chain whispering, chain storytelling,

role playing, and quizzes through games. These learning models

are used in accordance with the instructional objectives. The teaching

materials and instructional media used are also adjusted to the instructional

objectives.

Interaksi edukatif memiliki peranan penting dalam mengembangkan anak

didik. Interaksi yang positif dan efektif memungkinkan terjadinya peruba-

han tingkah laku anak sesuai dengan tujuan pendidikan. Oleh karena itu,

usaha untuk menciptakan interaksi kreatif dan efektif merupakan kewajiban

bagi setiap guru, khususnya guru Taman Kanak-Kanak (TK) Kota

Malang.

Dalam interaksi kelas terjadi situasi khusus, yaitu situasi

kependidikan atau situasi edukatif. Interaksi yang terjadi dalam situasi

edukatif adalah interaksi edukatif, yaitu interaksi yang berlangsung dalam

ikatan tujuan kependidikan (Surakhmad, 1984).

TK sebagai pendidikan prasekolah berlangsung dalam ikatan tujuan

kependidikan. Dalam kaitannya dengan pengembangan kemampuan

berbahasa sebagai salah satu program kegiatan belajar, TK memiliki

tujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan. Dengan demikian,

yang dipentingkan dalam tujuan ini adalah kemampuan anak dalam

berbicara dan mendengarkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, hal-hal

yang perlu dikembangkan sesuai dengan PP No. 27 tahun 1990 adalah: (1)

memperkaya kosakata siswa, (2) melatih pendengaran siswa, (3) melatih

siswa agar dapat menjawab dan mengajukan pertanyaan, (4) melatih siswa

agar dapat bercerita, (5) melatih siswa agar dapat memberikan informasi

kepada orang lain, dan (6) melatih siswa untuk dapat menyebutkan sebanyak-

banyaknya suatu benda yang mempunyai sifat-sifat tertentu

(Depdikbud, 1994).

Agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai secara optimal,

guru sebagai pengemban pendidikan mempunyai peranan dan andil

yang sangat besar.

Berbagai model interaksi pembelajaran yang digunakan sangat besar

pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan tersebut. Karena itu, penelitian

ini bertujuan ingin mendeskripsikan (1) model interaksi, (2) bahan

pembelajaran, dan (3) alat bantu pembelajaran yang digunakan guru TK

Kota Malang untuk menciptakan kreativitas berbahasa Indonesia.

Proses penelitian untuk mencapai tujuan penelitian tersebut dilandasi

oleh berbagai teori yang mencakup teori tentang interaksi pembelajaran,

interaksi pembelajaran di TK, analisis interaksi, dan berbagai kebijakan

pembelajaran di TK, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia. Untuk

memperjelas landasan-landasan tersebut perlu diuraikan konsep-konsep

teoritis tentang pembelajaran di TK berikut ini.

Interaksi pada dasarnya merupakan salah satu bentuk kegiatan

berkomunikasi. Sebagai kegiatan komunikasi, River (1987) menjelaskan

bahwa interaksi merupakan kegiatan yang melibatkan pengiriman pesan,

penerimaan pesan, dan konteks atau situasi. Interaksi bukan hanya

melibatkan aspek pengekspresian ide semata, melainkan juga melibatkan

aspek pemahaman ide. Dalam memahami ide, pelaku interaksi

mendasarkan diri pada konteks, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik,

serta semua unsur nonverbal yang terkait dengan kegiatan interaksi.

Lebih rinci lagi, Hymes (1974) menjelaskan bahwa interaksi

memiliki konponen-komponen (1) genre atau macam interaksi, misalnya

lawak, percakapan informal, diskusi, dan sebagainya; (2) topik atau fokus

interaksi; (3) tujuan atau fungsi interaksi ; (4) latar interaksi yang

meliputi lokasi, waktu, dan aspek fisik lain; (5) partisipan yang meliputi

unsur usia, seks, kelompok etnis, status sosial, serta hubungan

antarpartisipan; (6) bentuk atau bahasa yang digunakan dalam interaksi;

(7) isi pesan; (8) urutan dalam interaksi; (9) pola atau struktur interaksi;

dan (10) norma interpretasi yang meliputi pengetahuan umum,

praanggapan budaya yang relevan dan acuan khusus.

Seperti dijelaskan di atas bahwa interaksi sebagi kegiatan

komunikasi memiliki beberapa komponen interaksi. Karena itu, muncul

berbagai model interaksi. Dilihat dari medianya, ada dua model interaksi,

yaitu interaksi verbal dan nonverbal yang menggunakan kode-kode

tertentu sebagai medianya. Dilihat dari pelakunya, interaksi dapat

dibedakan menjadi interaksi kelas dan sekolah serta interaksi keluarga

(Sampson, 1976). Dilihat dari arah pelakunya, interaksi dapat dibedakan

menjadi interaksi searah, interaksi dua arah, dan interaksi optimal

(Muslich, Basennang S., dan Nurchasanah; 1987).

Dilihat dari bentuknya, interaksi kelas, khususnya di TK sering

diwujudkan dalam bentuk permainan. Permainan dapat diintegrasikan ke

dalam seluruh area isi kurikulum, misalnya dalam pembelajaran atau

yang lain. Selain permainan, Edmonson (1981) mengemukakan bahwa

interaksi dapat berbentuk rangkaian tindakan yang dapat berupa tanya

jawab, salam-salam, dan perintah respon.

Interaksi pembelajaran di TK memiliki tujuan yang jelas. Interaksi

tersebut bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan. Dengan

demikian, yang menjadi fokus tujuan pembelajaran tersebut adalah

melatih anak untuk bisa berbicara dan mendengarkan. Tujuan tersebut

dapat tercapai dengan memanfaatkan bahan pembelajaran dan alat bantu

pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Bahan pembelajaran yang

digunakan di TK terlihat pada kemampuan-kemampuan berbahasa yang

sudah tertera dalam kurikulum (Depdikbud, 1994). Sedangkan alat bantu

pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dapat berupa alat bantu visual

maupun alat bantu kreatif. Alat bantu visual dapat berupa apa saja asal

dapat dilihat, diraba, dirasakan, dan digunakan untuk bermain. Sedangkan

alat bantu kreatif adalah alat bantu yang dapat digunakan anak melakukan

kegiatan kreatif, misalnya dengan membubuhkan sesuatu, memberi warna,

dan menciptakan sesuatu (Priyatni, 1997).

Untuk mengetahui model interaksi, bahan pembelajaran, dan alat

bantu pembelajaran yang digunakan guru TK, perlu adanya metode

tertentu, yaitu metode analisis interaksi. Dengan analisis interaksi akan

diperoleh gambaran pola interaksi tertentu. Analisis interaksi tersebut

perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang akan dievaluasi. Dengan

demikian, analisis interaksi ini sangat bergantung pada tujuan yang

diinginkan. Ada tujuan yang menekan pada aktivitas guru dan ada yang

menekan pada aktivitas murid (Muslich, Basennang S, dan Nurchasanah,

1987). Penelitian ini menggunakan analisis interaksi yang menekan pada

aktivitas guru dan murid dengan pertimbangan bahwa kreativitas belajar

berbahasa Indonesia tidak hanya ditentukan oleh aktivitas guru saja atau

murid saja, tetapi keduanya sangat berperan dalam menciptakan

kreativitas berbahasa Indonesia.

Dengan tujuan penelitian di atas dan landasan teori-teori yang

digunakan, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan deskripsi model

interaksi, bahan pembelajaran, dan alat bantu pembelajaran yang

digunakan guru TK Kota Malang untuk menciptakan kreativitas berbahasa

Indonesia. Hasil penelitian tersebut dapat memperkaya teori yang sudah

ada, khususnya teori tentang interaksi pembelajaran bahasa Indonesia di

TK.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Dikatakan

desain penelitian kualitatif karena memiliki ciri-ciri (1) data penelitian

berupa data deskriptif, (2) data penelitian bersifat alami, (3) lebih mengutamakan

proses daripada hasil, (4) analisis data dilakukan secara

induktif, dan (5) makna merupakan hal yang mendasar (Bogdan dan

Biklen, 1982)

Berdasarkan rancangan tersebut, data penelitian yang diperoleh

sebelum dideskripsikan secara kualitatif dihitung persentasenya. Hasil

persentase dipakai sebagai dasar pengkualifikasikan data. Data penelitian

kualitatif yang bersifat deskriptif memiliki latar yang bersifat alami karena

data tersebut diperoleh dalam interaksi yang wajar, bukan manipulasi.

Selain itu, penelitian ini menitikberatkan pada proses interaksi guru siswa,

bukan semata-mata pada hasil interaksi dan analisisnya dilakukan secara

induktif, dimulai dari identifikasi setiap proses interaksi sampai pada

penyimpulan pola model interaksi yang digunakan. Hal lain yang juga

menjadi ciri penelitian ini adalah mementingkan makna daripada proses

interaksi.

Sumber data penelitian ini adalah 25 TK di Kota Malang yang

diambil secara acak dari jumlah TK (223 TK) yang ada di Kota Malang.

Data penelitian tersebut dianalisis dengan prosedur (1) pengecekan

keabsahan data, (2) pengidentifikasian dan pengklasifikasian data, (3)

analisis data dengan tahapan : menghitung frekuensi dan presentase,

memasukkan hasil perhitungan frekuensi dan persentase ke dalam tabel,

dan menentukan hasil dan bahasannya. Hasil penelitian ditentukan

dengan cara mendeskripsikan model interaksi, bahan pembelajaran, dan

alat bantu pembelajaran yang digunakan berdasarkan hasil pentabelan

data. Hasil yang sudah ditentukan dibahas (1) kesesuaiannya dengan teori,

(2) kecenderungan pemakaiannya, dan (3) dapat tidaknya menciptakan

kreativitas berbahasa Indonesia.

HASIL PENELITIAN DAN BAHASANNYA

Berdasarkan tujuan penelitian, hasil penelitian ini dapat

dideskripsikan atas tiga bagian berikut ini.

Model Interaksi Untuk Menciptakan Kreativitas Berbahasa Indonesia

Model interaksi pembelajaran untuk menciptakan kreativitas

berbahasa Indonesia terklasifikasi atas enam kategori sesuai dengan

rumusan tujuan pembelajaran yang ada dalam kurikulum TK. Modelmodel

yang dimaksud dapat diuraikan berikut ini.

Pertama, model interaksi yang paling banyak digunakan untuk me

latih penguasaan perbendaharaan kata adalah dengan cara guru bersama

siswa bernyanyi, kemudian guru menjelaskan isi nyanyian dan kata-kata

yang digunakan dalam nyanyian tersebut (80%). Berikutnya, model interaksi

yang digunakan adalah siswa menirukan guru menyebutkan nama

objek yang ditunjuknya (60%); siswa menyebutkan nama objek yang ditunjuk

guru (60%); siswa menirukan syair yang diucapkan guru dengan

kata-kata yang tepat ucapannya (60,4%); siswa bercerita dengan kata-kata

yang diingat dan didengarkan dari cerita guru (50,2%); siswa diajak berwisata

untuk mengenali nama objek tertentu dengan cara menyebutkan

nama atau menirukan nama objek yang ditunjuk guru (40%); siswa disuruh

menceritakan pengalaman dan kegemaran mereka di depan kelas dengan

bahasa sendiri (20%); siswa disuruh menyusun kartu abjad menjadi

kata seperti yang disebutkan guru (20%); siswa disuruh bermain peran

dengan kata-kata sederhana setelah mereka diberi contoh (16%); siswa

disuruh menunjukkan kartu kata sesuai dengan nama objek yang disebutkan

guru (12%); siswa diajak bermain kuis dengan cara menyuruh anak

memberikan contoh kata-kata atau nama-nama objek dalam kelompok tertentu

(8%); dan model interaksi yang paling sedikit persentasenya adalah

siswa disuruh menyusun kartu suku kata menjadi kata seperti yang disebutkan

guru (4%).

Kedua, model interaksi yang paling banyak digunakan oleh guru TK

dalam melatih pendengaran siswa adalah siswa disuruh menjawab pertanyaan

isi cerita yang didengarkannya dari guru, tape recorder, radio,

atau TV (70,6%) dan guru membisikkan sesuatu dengan kata atau kalimat

kepada siswa tertentu dan siswa tersebut disuruh membisikkannya kepada

siswa lain (bisik berangkai) (70,6%). Selain itu, model interaksi yang

digunakan adalah siswa disuruh mengingat dan menceritakan kembali

cerita yang didengarkannya dari guru (60%); guru menyuruh siswa melakukan

tindakan tertentu (60%); siswa menirukan kata-kata atau kalimat

yang didengarkannya dari guru atau siswa lain (40,8%); siswa disuruh

menirukan bunyi tertentu dan disuruh menebak jenis suara apa yang

didengarkannya (8%); dan model interaksi yang persentase pemakaiannya

paling kecil adalah guru menceritakan sesuatu kepada salah

satu siswa dan siswa tersebut disuruh menceritakannya kepada siswa lain

(cerita berangkai) (4%); guru menceritakan isi gambar dan siswa mengamati

isi gambar, kemudian menceritakan isi gambar tersebut seperti yang

telah didengarkannya dari guru (4%); dan siswa disuruh menirukan urutan

kata yang sesuai dengan apa yang didengarkannya dari guru (4%).

Ketiga, model interaksi yang paling banyak digunakan guru TK untuk

melatih siswa agar dapat menjawab dan mengajukan pertanyaan adalah

guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan

isi ceritera dari guru (80%). Selain itu, model interaksi yang digunakan

adalah guru menyuruh siswa menjawab pertanyaan tentang identitas,

pengalaman, kegemaran, dsb (70,2%); siswa diberi kesempatan mengajukan

pertanyaan tentang sesuatu hal dan guru menjawabnya (40,8%); guru

mengajukan pertanyaan tentang nama alat peraga yang ditunjuk (tiruan/

asli) dan siswa disuruh menjawab pertanyaan tersebut (12%); guru

menyuruh siswa mewarnai gambar, kemudian guru menanyakan jenis

warna setiap bagian gambar dan siswa menjawabnya (8%); dan model interaksi

yang persentasenya paling kecil adalah guru menyuruh siswa untuk

mendramatisasikan cerita yang banyak berisi tanya jawab (4%).

Keempat, model interaksi yang paling banyak digunakan oleh guru

TK untuk melatih siswa agar dapat bercerita secara lancar dan kreatif

adalah siswa disuruh mengamati gambar berseri, kemudian mereka disuruh

menceritakan isi gambar tersebut (60,4%) dan siswa disuruh bercerita

tentang kesenangannya, keluarganya, cita-cita nya, dsb. setelah mereka

mendengarkan contoh dari guru (60,4%). Selain itu, model interaksi yang

digunakan adalah guru bercerita dengan alat bantu nyata atau tiruan, misalnya

dengan boneka dan siswa disuruh mendengarkan (50,2%); siswa

disuruh mendramatisasikan peran-peran tertentu dari cerita yang telah

diceritakan atau dibacakan guru (50,8%); guru membacakan cerita dan

siswa disuruh mendengarkan, menyikapi, dan menjawab pertanyaan isi

cerita (40,8); guru memberikan contoh dramatisasi cerita tertentu dan

siswa menirukannya (40,4%); guru bercerita tanpa alat bantu dan siswa

disuruh mendengarkannya (30,6%); siswa disuruh menggambar bebas,

kemudian siswa disuruh menceritakan isi gambar yang mereka buat (8%);

dan model interaksi yang persentase pemakaiannya paling kecil adalah

guru bercerita kepada salah satu siswa dan siswa tersebut disuruh menceritakannya

kepada siswa lain (cerita-berangkai) (4%).

Kelima, model interaksi yang paling banyak digunakan oleh guru

TK untuk melatih siswa agar dapat memberikan informasi kepada orang

lain adalah siswa menirukan contoh dari guru tentang cara memberikan

informasi kepada orang lain (60,8%). Selain itu, model interaksi yang

digunakan adalah siswa disuruh mengamati objek tertentu, misalnya ciriciri

binatang tertentu, jenis kendaraan, dsb., kemudian siswa tersebut disuruh

menginformasikan kepada teman lain di depan kelas (60,4%); siswa

ditugasi untuk mencari informasi temannya yang sakit, tidak masuk sekolah

dsb.,kemudian siswa tersebut disuruh memberikan informasi itu

kepada teman lain di depan kelas (60%); siswa disuruh memberikan informasi

kepada teman lain tentang pengalamannya, kesukaannya, dsb, secara

bergilir (40,8%); dan model interaksi yang paling kecil persentase

pemakaiannya adalah guru menugasi siswa menyampaikan pesan kepada

orangtua secara lisan dan hasilnya akan dicek guru di depan kelas (8%).

Keenam, model interaksi yang paling banyak digunakan oleh guru

TK untuk melatih siswa agar dapat menyebutkan benda sebanyakbanyaknya

beserta sifatnya adalah siswa menirukan guru menyebutkan

nama benda beserta sifatnya (80,4%). Selain itu, model interaksi yang

digunakan adalah guru membangkitkan ingatan siswa untuk menyebutkan

benda tertentu berdasarkan klasifikasinya dan menyebutkan sifatnya

(70,2%); siswa menyebutkan nama benda yang ditunjuk guru beserta sifatnya

(60,4%); siswa menunjukkan benda tertentu dalam kotak berdasarkan

sifat-sifat tertentu yang telah ditunjukkan guru (60,4%); dan

model interaksi yang paling kecil persentase pemakaiannya adalah guru

menugasi siswa untuk membawa benda tertentu dan menyebutkan nama

beserta sifatnya (30,2%)

Bahan Pembelajaran untuk Menciptakan Kreativitas Berbahasa Indonesia

Wujud dan jenis bahan pembelajaran yang digunakan di TK juga

terklasifikasi atas enam kategori sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam

kurikulum TK. Wujud dan jenis bahan yang dimaksud dapat dirangkum

berikut ini.

Pertama, untuk melatih siswa menguasai perbendaharaan kata bahasa

Indonesia, bahan pembelajaran yang digunakan adalah (1) namanama

objek di lingkungan siswa yang sesuai dengan kurikulum TK, (2)

nama-nama objek di lingkungan siswa yang dianggap penting bagi siswa

walaupun tidak dianjurkan atau tidak sesuai dengan kurikulum TK, (3)

lagu, (4) cerita, dan (5) syair. Dari beberapa bahan tersebut, yang persentase

pemakaiannya paling besar adalah nama-nama objek di lingkungan

siswa yang sesuai dengan kurikulum ditambah nama-nama objek yang dianggap

penting walaupun tidak sesuai dengan kurikulum TK. Sedangkan

yang persentasenya kecil adalah cerita.

Kedua, untuk melatih pendengaran siswa, bahan pembelajaran yang

digunakan adalah (1) kata-kata di lingkungan siswa, (2) kalimat, (3)

cerita, (4) syair, (5) lagu, dan (6) percakapan. Bahan pembelajaran yang

persentase pemakaiannya paling besar adalah syair dan yang paling kecil

persentase pemakaiannya adalah percakapan.

Ketiga, untuk melatih siswa agar dapat menjawab dan mengajukan

pertanyaan, bahan pembelajaran yang digunakan guru adalah (1) cerita

disertai beberapa petanyaan, (2) kata-kata sebagai objek pertanyaan, dan

(3) berbagai jenis kalimat tanya. Cerita yang disertai pertanyaan merupakan

bahan ajar yang persentase pemakaiannya paling tinggi, namun

banyak guru-guru yang kurang memperhatikan jenis pertanyaan yang

digunakan.

Keempat, untuk melatih siswa agar dapat bercerita secara lancar dan

kreatif, bahan pembelajaran yang digunakan adalah (1) cerita nyata, (2)

cerita fiksi, dan (3) pengalaman, kesenangan, cita-cita, dan sebagainya.

Cerita nyata, pengalaman, kesenangan, dan cita-cita siswa merupakan bahan

pembelajaran yang persentase pemakaiannya lebih tinggi daripada

cerita fiksi.

Kelima, untuk melatih siswa agar dapat memberikan informasi

kepada orang lain, bahan pembelajaran yang dimanfaatkan guru adalah

(1) informasi dalam bentuk kaliman, (2) informasi dalam bentuk wacana

utuh, (3) informasi nyata, dan (4) informasi tidak nyata. Informasi dalam

bentuk kalimat yang bersifat nyata persentase pemakaiannya lebih besar

dari pada dalam bentuk wacana dan yang bersifat tidak nyata.

Keenam, untuk melatih siswa agar dapat menyebutkan sebanyakbanyaknya

benda yang mempunyai sifat-sifat tertentu, bahan pembelajaran

yang dimanfaatkan adalah (1) nama-nama benda beserta sifatsifatnya

yang sesuai dengan kurikulum TK, (2) nama-nama benda berserta

sifat-sifatnya yang sesuai dengan kurikulum TK ditambah nama-nama

benda yang dianggap penting bagi siswa walaupun tidak ada dalam kurikulum.

Jenis bahan pembelajaran yang kedua persentase pemakaiannya

lebih besar daripada jenis yang pertama.

Alat Bantu Pembelajaran untuk Menciptakan Kreativitas Berbahasa Indonesia.

Variasi alat bantu pembelajaran yang digunakan guru TK terklasifikasi

atas enam kategori seperti tersebut di atas. Variasi alat bantu tersebut

disimpulkan berikut ini.

Pertama, alat bantu yang digunakan untuk melatih siswa agar dapat

menguasai perbendaharaan kata bahasa Indonesia cukup bervariasi,

seperti (1) objek tiruan: gambar, boneka, dan sebagainya, (2) objek nyata,

(3) buku cerita dan majalah, (4) kartu abjad, (5) kartu suku kata, (6) kartu

kata, (7) lagu, dan (8) syair. Dari beberapa alat bantu tersebut di atas, yang

paling banyak persentase pemakaiannya adalah alat bantu tiruan seperti

gambar, boneka, dsb; dan yang paling kecil persentase pemakaiannya

adalah kartu suku kata.

Kedua, untuk melatih pendengaran siswa, alat bantu pembelajaran

yang digunakan adalah (1) tape recorder, (2) objek tiruan: gambar,

boneka, dsb, (3) buku catatan tentang lagu, syair, dan cerita, (4) majalah

yang berisi lagu, syair dan cerita, serta (5) radio dan TV. Dari beberapa

alat bantu tersebut di atas, yang paling besar persentase pemakaiannya

adalah tape recorder dan yang paling kecil persentase pemakaiannya adalah

TV dan radio.

Ketiga, untuk melatih siswa agar menjawab dan mengajukan pertanyaan,

alat bantu pembelajaran yang digunakan adalah (1) objek tiruan:

boneka, gambar berseri, gambar dinding, (2) objek nyata di lingkungan

siswa, dan (3) buku dan majalah yang berisi objek tertentu, cerita, lagu,

dan syair. Dari beberapa alat bantu tersebut, yang paling besar persentase

pemakaiannya adalah objek nyata dan yang paling kecil persentase pemakaiannya

adalah buku dan majalah.

Keempat, untuk melatih siswa agar dapat bercerita secara lancar dan

kreatif, alat bantu pembelajaran yang digunakan adalah (1) objek nyata,

(2) objek tiruan: gambar, boneka dsb, dan (3) buku cerita, majalah, dan

catatan. Objek tiruan persentase pemakaiannya lebih besar daripada objek

nyata serta buku, majalah, dan catatan.

Kelima, untuk melatih siswa agar dapat memberikan informasi

kepada orang lain, alat bantu pembelajaran yang digunakan adalah (1) objek

nyata di lingkungan siswa, (2) objek tiruan: gambar, boneka, dsb, dan

(3) surat, buku tugas, dan buku penghubung. Dari beberapa alat bantu

tersebut, yang persentase pemakaiannya paling besar adalah objek nyata

dan yang paling kecil persentasenya adalah surat, buku tugas, dan buku

penghubung.

Keenam, untuk melatih siswa agar dapat menyebutkan sebanyakbanyaknya

benda yang mempunyai sifat-sifat tertentu, alat bantu pembelajaran

yang digunakan adalah (1) benda-benda nyata di lingkungan siswa

dan (2) benda-benda tiruan seperti gambar. Benda-benda nyata persentase

pemakaiannya lebih besar daripada benda-benda tiruan.

Berdasarkan temuan di atas ditegaskan bahwa setiap model pembelajaran,

bahan ajar, dan alat bantu pembelajaran ditentukan berdasarkan tujuan

pembelajaran. Adakalanya tujuan pembelajaran berbeda menggunakan

model interaksi, bahan ajar, dan alat bantu pembelajaran yang sama.

Dalam kenyataannya, setiap model interaksi pembelajaran dapat direalisasikan

dalam berbagai bentuk teknik pembelajaran. Ini semua bergantung

pada kreativitas guru.

Model pembelajaran yang digunakan guru TK cukup bervariasi dan

cukup dapat menciptakan kreativitas berbahasa Indonesia. Ini terbukti dari

partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran. Namun demikian,

kadar keaktifan siswa dalam setiap model pembelajaran tentu saja berbeda,

misalnya kadar keaktifan siswa dalam model interaktif menirukan

berbeda dengan model yang lain, seperti bercerita, dramatisasi, dan sebagainya.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini di atas dapat disimpulkan sebagai

berikut. Pertama, untuk melatih penguasaan perbendaharaan kata, model

interaksi yang digunakan guru TK adalah menirukan, menyebutkan nama,

bercerita, bersyair, berwisata, bernyanyi, menyusun, bermain peran, bermain

kuis. Bahan pelajaran untuk mencapai tujuan tersebut adalah namanama

objek di lingkungan siswa sesuai dengan kurikulum TK, nama-nama

objek di lingkungan siswa yang dianggap penting bagi siswa walaupun

tidak ada dalam kurikulum TK, lagu, cerita, dan syair, sedangkan alat

bantu yang digunakan adalah objek tiruan yang berupa gambar, boneka,

dsb; objek nyata, buku cerita dan majalah, kartu abjad, kartu suku kata,

kartu kata, lagu dan syair; Kedua, untuk melatih pendengaran siswa,

model interaksi yang digunakan adalah menirukan, bercerita, menjawab

pertanyaan, perintah-tindakan, bisik-berangkai, dan cerita berangkai; bahan

pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut adalah kata-kata di

lingkungan siswa, kalimat, cerita, syair, lagu, dan percakapan; sedangkan

alat bantu yang digunakan adalah tape recorder, objek tiruan yang berupa

gambar, boneka, dsb; buku catatan tentang lagu, syair dan cerita, serta radio

dan TV; Ketiga, untuk melatih siswa agar dapat menjawab dan mengajukan

pertanyaan, model interaksi yang digunakan guru TK adalah

menjawab dan mengajukan pertanyaan serta dramatisasi; bahan pembelajaran

untuk mencapai tujuan tersebut adalah cerita disertai beberata pertanyaan,

kata-kata sebagai objek pertanyaan, dan berbagai jenis kalimat

tanya, sedangkan alat bantu yang digunakan adalah objek tiruan seperti

boneka, gambar berseri, gambar dinding, dsb; objek nyata di lingkungan

siswa, serta buku dan majalah yang berisi tentang objek tertentu, cerita,

lagu, dan syair; Keempat, untuk melatih siswa agar dapat bercerita secara

lancar dan kreatif, model interaksi yang digunakan guru TK adalah bercerita

dan dramatisasi; bahan pembelajaran untuk mencapaian tujuan tersebut

adalah cerita nyata, cerita fiksi, pengalaman, kesenangan, cita-cita

dsb; sedangakan alat bantu yang digunakan adalah objek nyata, objek tiruan

seperti gambar, boneka dsb; serta buku, majalah, dan catatan; Kelima,

untuk melatih siswa agar dapat memberikan informasi kepada orang

lain, model interaksi yang digunakan guru TK adalah menirukan dan penugasan;

bahan pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut adalah informasi

dalam bentuk kalimat, informasi dalam bentuk wacana utuh, informasi

nyata, dan informasi tidak nyata; sedangkan alat bantu yang digunakan

adalah objek nyata di lingkungan siswa, objek tiruan seperti gambar,

boneka, dsb; surat, buku tugas, dan buku penghubung; Dan terakhir,

untuk melatih siswa agar dapat menyebutkan sebanyak-banyaknya suatu

benda yang mempunyai sifat-sifat tertentu, model interaksi yang digunakan

guru TK adalah menirukan, menyebutkan nama, penugasan, dan

menunjukkan objek; bahan pembelajaran yang digunakan untuk mencapai

tujuan tersebut adalah nama-nama benda serta sifatnya yang dianggap

penting bagi siswa walaupun tidak ada dalam kurikulum. Sedangkan alat

bantu yang digunakan adalah benda-benda nyata di lingkungan siswa serta

benda-benda tiruan seperti gambar.

Simpulan di atas membuktikan bahwa tujuan pembelajaran menentukan

model interaksi, bahan pembelajaran, dan alat bantu yang diguna

kan. Adakalanya tujuannya berbeda menggunakan model interaksi, bahan

pembelajaran, dan alat bantu yang sama. Setiap model interaksi direalisasikan

dalam berbagai teknik pembelajaran. Ini semua bergantung

pada kreativitas guru. Setiap model interaksi, memiliki kadar keaktifan

yang berbeda, baik dari pihak guru maupun siswa. Karena itu, guru perlu

mempertimbangkannya dalam menentukan model interaksi yang digunakan.

SARAN

1. Bagi guru TK disarankan untuk dapat mempertimbangkan dan memilih

model interaksi, bahan, dan alat bantu pembelajaran yang memungkinkan

dapat menciptakan kreativitas yang tinggi bagi siswa

karena setiap model yang digunakan kadar kreativitasnya berbeda,

misalnya model interaksi menirukan dan mencontoh, kadar kreativitasnya

lebih rendah daripada model bercerita dan dramatisasi.

2. Bagi lembaga yang terkait, misalnya Depdikbud dan Depag, diharapkan

dapat bekerja sama dengan Universitas Negeri Malang untuk melakukan

kegiatan peningkatan profesi guru TK dalam kaitannya dengan

proses pembelajaran di TK dengan cara mengadakan penataran

atau lokakarya agar lembaga-lembaga tersebut dapat saling bertukar

pikiran dan saling membantu dalam mengatasi permasalahanpermasalahan

di TK.

3. Bagi penulis buku dan majalah anak-anak dapat memanfaatkan hasil

penelitian ini sebagai dasar penyusunan strategi pembelajaran dalam

buku dan majalah yang disusunnya.

4. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian sejenis dengan cara :

(1) melakukan penelitian dengan aspek yang sama tetapi populasinya

lebih luas, (2) melakukan penelitian dengan aspek yang sama dalam

wilayah yang lain, (3) melakukan penelitian lanjutan untuk mencari

model interaksi pembelajaran di TK yang dianggap paling efektif dari

beberapa model interaksi yang telah dihasilkan dalam penelitian ini,

dan (4) melakukan penelitian di TK dengan aspek pembelajaran yang

lain.

DAFTAR RUJUKAN

Bogdan, R. C dan S. K, Biklen. 1982 Qualitative Research for Education: An Introduction

to Theory and Methods. London : Allyn and Bacon, Inc.

Depdikbud. 1994. Program Kegiatan Belajar TK. Jakarta : Depdikbud.

Depdikbud. 1995. Sarana Taman Kanak-Kanak. Depdikbud.

Edmoson, W. 1981. Spoken Discourse : A Model Analysis. London : Longman.

Hymes, D. 1974. Foundation in Socioliungstics: An Ethnographioc Approach.

Philadelphia : Univercity of Pennsylvania.

Muslich, Masnur, Basennang S., dan Nurchasanah, 1987, 1987. Dasar

dasar

Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung, Jemmars.

Priyatni, Endah Tri. 1997. Pengembangan dan Pemasyarakatan Alat Permainan

Sebagai Alat Peraga Interaktif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang

: IKIP Malang.

River. W.M. 1987. Interactional Language Teaching. Cambridge : Cambridge

University Oress.

Sampson, Edward G. 1976. Social Psychology and Contemporary Society. New

York: John Willy and Son.

Surakhmad, Winarno, 1984. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar : Dasar dan

Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung : Tarsito.

Sumber: http://sastra.um.ac.id/

0 komentar:

Posting Komentar