Top Ads

Tampilkan postingan dengan label Tips Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tips Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Faktor yang mempegaruhi Belajar Anak

Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Langsung saja Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar yaitu:

A. Faktor-faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari individu anak itu sendiri yang meliputi :
1.   Faktor Jasmaniah (fisiologis)
Yang termasuk faktor ini antara lain: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
2.   Faktor Psikologis
Yang termasuk faktor psikologis antara lain:
- Intelektul (taraf intelegensi, kemampuan belajar, dan cara belajar).
- Non Intelektual (motifasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi psikis, dan kondisi akibat keadaan sosiokultur).
- Faktor kondisi fisik.

B. Faktor-faktor Eksternal

Yang termasuk faktor eksternal antara lain:
1. Faktor pengaturan belajar disekolah ( kurikulum, disiplin sekolah, guru, fasilitas belajar, dan pengelompokan siswa ).
2. Faktor sosial disekolah ( sistem sosial, status sosial siswa, dan interaksi guru dan siswa ).
3. Faktor situasional ( keadaan politi ekonomi, keadaan waktu dan tempat atau iklim). (W. S. Winkel, 1983: 43).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor yang berasal dari luar diri individu. Kedua faktor ini akan saling mendukung dan saling berinteraksi sehingga membuahkan sebuah hasil belajar.

Pendidikan Sukses

Pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama karena itu tidak lah tepat jika pendidikan hendak dibebankan semata-mata pada pemerintah. Darimana pendapat itu berasal. Lihatlah sekarang ini betapa semua daerah berlomba-lomba untuk menggratiskan pendidikan didaerahnya. Disatu sisi program ini memang sangat bagus sekali karena dengan gratis biaya bulanan sekolah, murid dan orang tua tidak lagi harus pusing memikirkan biaya sekolahnya. Tetapi harus disadari dan patut untuk dipertanyakan apa dampak dari penggratisan itu sendiri

Dengan penggratisan biaya sekolah akan timbul kesan seolah-olah pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah semata-mata sehingga dampaknya bisa terjadi orang tua akan semakin tidak perhatian sama sekali kepada pendidikan anaknya,karena banyak terjadi orang tua baru ingat dengan pendidikan anaknya pada saat orang tua ditagih sang anak untuk membayar spp sekolahnya atau ditunjukkan rapotnya untuk dimintai tanda tangan sebelum dikumpul kembali. Demikian pula dengan sang anak bisa jadi akan menjadi semakin malas untuk belajar karena toh biaya sekolahku gratis,berapa tahun pun aku disekolah gak masalah,jangan berpikir tidak mungkin karena untuk daerah-daerah terpencil dimana anak seringkali harus membantu orang tuanya untuk mencari nafkah dikebun,ladang atau sungai dan laut pemikiran demikian sangat mungkin terjadi. Untuk sekolah sendiri dapat terjadi pihak sekolah dan guru-guru akan menurun semangat kerjanya. Sama diketahui umum bahwa alokasi dana untuk kesejahteraan guru biasanya dianggarkan dari biaya bulanan murid sehingga bila dana bulanan itu dilarang dipungut tidak ada lagi tambahan kesejahteraan guru yang didapat dari sekolah.
Jika kita mau sedikit berkeliling untuk melihat bagaimana keadaan bangunan sekolah didaerah kita sampai didaerah daerah yang terpencil.Akan sangat banyak sekali dijumpai bangunan-bangunan sangat tidak layak untuk tempat belajar. Bisa jadi hal ini adalah buah dari adanya pemikiran bahwa pemerintahlah yang harus membangunnya. Semata-mata semua masalah dibebankan kepada pemerintah

Pendidikan tidak harus digratiskan karena itu akan menghilangkan perasaan tanggung jawab dari masyarakat. Jika memang benar-benar ada yang tidak mampu itulah yang benar-benar harus mendapatkan bantuan dana pendidikan,terlebih untuk anak yang berpotensi besar secara akademik. Dengan demikian akan terus dipupuk rasa kebersamaan semua pihak dalam mensukseskan pendidikan

Hakekat Belajar


Belajar menurut W.J.S Poerwadarminta (1984:108) adalah proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan perubahan tingkah laku, baik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek arganisme maupun pribadi. Menurut C.A Kimble dalam Simanjuntak (1993:38) belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguasaan dan tidak termasuk perubahan-perubahan karena kematangan, mengetahui dan memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang yang belajar.
Menurut Thorndike seperti dikutip Dr. C. Asri Budiningsih (2005:21) menjelaskan bahwa, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimul yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar, seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respons yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Oleh karena itu, seseorang dikatakan belajar apabila dalam diri orang tersebut terjadi perubahan tingkah laku hasil atau akibat dari upaya-upaya atau latihan yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan. Perubahan tingkah laku dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, sikap, percakapan, kebiasaan, dan lain-lain.